Malam ini TbR kembali melangsungkan latihan
dari rumah, tetap melalui grup WA. Namun sama seperti 2 sesi sebelumnya, kali
ini latihan juga menggunakan kirim-terima video meskipun instruksi tetap
berbasis teks. Materi latihan adalah mengucapkan kalimat dialog dengan
menggunakan kata ganti orang ketiga. Sebagai awalan, dialog dilakukan dengan
menggunakan kata ganti orang pertama, setelah itu baru dengan kata ganti orang
ketiga. Melalui latihan ini, peserta diminta untuk mengkaji hasil dari 2
percobaan tersebut. Apakah lebih nyaman dengan kata ganti orang pertama atau
dengan kata ganti orang ketiga.
Kalimat
ini, “Aku bilang, kamu menipu”, mesti diucapkan oleh peserta sesuai
interpretasi masing-masing. Berikutnya, kalimat ini, “Dia bilang kepadaku, kamu
telah menipu” yang mesti diucapkan. Pada kalimat pertama, aktor seolah-olah
berbicara atas nama dirinya sementara pada kalimat kedua aktor seolah-olah
driven atau dikendalikan orang lain.
Nah
jika seorang aktor berperan dalam sebuah teater (peran utama malahan) tetapi
dialognya seperti kalimat yang kedua tadi 'Dia bilang kepadaku, kamu
menipu", "menurut dia aku harus berkata bahwa dunia ini kejam",
semacam itu terus, bagaimana kiranya perasaan aktor tersebut? Berikut tanggapan dari peserta.
“Yang
jelas sebagai aktor, aku akan merasakan jarak dengan teks itu karena menganggap
teks itu bukan dituturkan dari diriku sendiri. Aku jadi berjarak dengan
"penutur" teks itu dan membayangkan bagaimana sendainya
"penutur" itu mengucapkannya tapi aku tuturkan lagi dengan caraku
sebagai "aku" yang mewakili "penutur" itu.
“Menurut
saya. Jika menjadi aktor utama harus jelas penekanan antara aku dan dia.”
“Saya
akan terlihat sebagai tokoh utama yang bersifat penyambung lidah untuk
menyampaikan pernyataan atau pesan sesorang. Entah itu disampaikan dengan jelas
dan lengkap, atau berusaha mengolah informasi menjadi tidak realistis. Aaya yang
sebagai penyampai pesan itu bisa saja dilihat penonton sebagai 2 sisi, bisa
protagonis atau antagonis, tergantung adegan selanjutnya.”
“Sebagai
aktor saya akan mengalami penerimaan perasaan atas teks yg diperoleh atau
dibaca. Terkadang perasaan yang tidak tergambar sekalipun dalam bayangan untuk
memeragakan, adakalanya terasa aneh karena menyesuaikan diri dengan peristiwa yang
belum pernah dilakukan. Akhirnya diri harus beradaptasi.”
“Menurutku
agak sulit untuk memerankan itu krn anggapan itu tidak berasal dari dirinya
sehingga seolah-olah dia tidak memilikinya. Jadi yang keluar akan terkesan kurang
mantap.”
Tanggapan-tanggapan di atas secara mendasar menyatakan ketakberterimaan peserta memerankan tokoh yang hanya mengikuti perkataan orang lain. Jika situasi tak berterima ini bertahan, maka antara aktor dan tokoh yang diperankan pastilah berjarak. Jarak ini pada akhirnya pun akan muncul dalam diri aktor itu sendiri terhadap dirinya yang sedang berperan. Latihan
ini merupakan percobaan untuk menemukan V-effect atau efek keterasingan dalam
teater epik. Di dalam salah satu prosesnya, Brecht menjelaskan bahwa untuk
mencapai efek tersebut seorang pemain mesti berbicara dalam bentuk waktu lampau
dan dengan kata ganti orang ketiga. Tentu saja ada perbedaan perasaan pemain
ketika berbicara langsung dalam waktu kini dan berbicara melalui orang ketiga
dengan waktu lampau. Jika ada kecanggungan atau ketaknyamanan pemain melalui
wicara orang ketiga, maka pada saat itulah ia mengalami efek keterasingan
antara dirinya sendiri dengan peran yang dilakoninya. (**)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar