Selasa, 24 Oktober 2017

Menuju Adegan

Latihan TbR hari Selasa 24/10/17 dan minggu lalu sudah mulai melangkah menuju ke materi adegan. Secara sederhana, adegan dibangun dari struktur; pemaparan - konflik - penyelesaian. Pemahaman struktur dibangun dari teater gerak dan improvisasi dilaog. Selepas pemahaman struktur cerita pembentuk adegan, latihan dilanjutkan dengan teknik dasar pemeranan yaitu pengelolaan status dan emosi. Hal alami dalam relasi manusia adalah adanya status dan terlibatnya emosi dalam setiap percakapan. Status secara fisik personal bisa saja tetap, namun jika dikaitkan dengan situasi dan kondisi pasti akan mengalami perubahan. Akan tetapi hal yang paling mudah dimengerti terkait perubahan status, sebagai latihan awal adalah perubahan emosi. Emosi seseorang dapat meninggikan atau merendahkan statusnya. Emosi membuat seseorang dinamis. Seringkali pemeran terjebak dalam status karakter yang cenderung tetap sebagai akibat dari analisis tokoh yang telah dilakukan. Ketetapan status ini dalam adegan tertentu menjadi terlihat kaku karena sejatinya status seseorang itu dinamis secara psikologis. Latihan adegan secara perlahan mengarah pada penemuan status dan perubahannya secara alami dengan tidak melupakan struktur cerita serta pola dasar improvisasi dialog. (**)

Selasa, 10 Oktober 2017

Same, Role dan Context

Materi pokok latihan improvisasi pada Selasa, 10 Oktober 2017 adalah same, role, dan context. Ketiga materi ini terkait erat dengan roleplay tanpa teks. Dalam same, pemain belum memiliki peran tertentu sehingga belum ada julukan, panggilan, atau gelar. Sementara dalam role para pemain sudah bisa memilikinya. Materi context merupakan pendalaman dari role di mana pembicaraan harus kontekstual dengan role, problem, situasi, dan kondisi yang ada. Pola dialog yang dikembangkan dimuai dari "yes and.." kemudian "yes but.." dan terakhir bisa percampuran antara 2 pola tersebut. Semua materi diberikan sebagai refreshment dan pengenalan karena peserta pelatihan ada muka lama dan baru. Dari semua materi, peserta nampak kedodoran justru pada "same". Hampir semuanya terjebak ke dalam "role". Probelmatika semacam ini selalu terjadi karena budaya ketimuran selalu menyandangkan gelar atau julukan kepada setiap orang bahkan yang belum kenal sekalipun. Hanya pada saat-saat tertentu yang kritis dan spesifik kondisi "same" in bisa ditemui. Karena itu pulalah, para peserta sedikit mengalami kesulitan dalam membawakan "same" sebagai dasar dari komunikasi antara manusia satu dengan yang lain. Sepertinya, materi ini perlu diulang dalam pertemuan berikutnya. Hadir dalam latihan; Andri, Becak, Gilbo, Awis, Nimas, Teguh, Tatag, Bagus serta teman-teman dari ISI dan UPN yang diajak oleh Galang. (**)

Rabu, 04 Oktober 2017

Games dan Improvisasi

Latihan minggu pertama bulan Okotber (02/10/17) diisi dengan materi theater games dan improvisasi. Games yang diberikan pada sesi 1 lebih pada pemanasan dan dinamika kelompok. Materi improvisasi coba dilatihkan sepenuhnya pad sesi 2. Improvisasi yang dilatihkan memang ditujukan untuk teater bersifat improvisasional, jadi bukan teknik improvisasi untuk teater berbasis naskah. Latihan dibagi ke dalam individu dan kelompok. Materi latihan individu yang pertama sebagai pemanasan adalah "baris kata asosisasi" yang kemudian dilanjutkan dengan "cerita terusan" di mana cerita seseorang diteruskan oleh orang berikutnya. Tujuan dari latihan ini adalah membangun cerita imajinatif bersama. Di sini peserta dirangsang untuk mewicarakan apa yang ada dalam benaknya sebagai tanggung jawab atas respon yang ia munculkan untuk meneruskan cerita temannya. Kemudian materi ini dikembangkan menjadi "monolog atau cerita maraton". Masih dalam konteks yang sama namun, pemeran sudah diminta untuk memeragakan dialog dan mengekspresikan narasi. Sedikit lebih sulit, karena pemeran lain yang melanjutkan harus memiliki ekspresi dan gaya yang sama. Materi terakhir latihan adalah dialog berpasangan dengan konsep "yes and yes", di mana para pemain tidak diperbolehkan menidakkan tawaran dialog lawan main. Dalam improvisasi aksi dan reaksi natural menjadi hal yang sangat penting. Sebelum beraksi, pemeran harus memahami apa itu reaksi, dan agar dapat bereaksi pemeran harus bersedia dengan ikhlas mengamati. Untuk mencapai keikhlasan pengamatan, pemeran tidak diperkenankan memiliki gagasan sendiri melainkan menyesuaikan gagasan yang ditawarkan lawan main melalui dialog tersebut. Dengan demikan reaksi menjadi natural. Latihan dihadiri; Whani, Andri, Bagus, Tatag, Becak, Gilbo, Djurry, Awis, Dilla, Nimas, Tama dan 4 orang mahasiswa teater ISI Jogja (**)