Malam ini latihan teater TbR dari rumah masing-masing
melalui WA Group dilanjutkan. Materi yang dilatihkan merupakan variasi dari
“Gambar Cerita” yang pada malam sebelumnya telah dilangsungkan. Variasi
tersebut berupa nomor permainan “Gambar Puisi” di mana setiap orang diwajibkan
membuat puisi 1 bait yang terdiri dari 4 baris kalimat berdasarkan 1 gambar
yang disajikan. Keterbukaan imajinasi dan nalar kreatif serta kemampuan
menciptakan estetika kata (bunyi) sangat diperlukan. Hasil puisi satu orang dan
orang lain pasti berbeda. Latihan ini tidak hanya menyajikan satu gambar saja
melainkan beberapa gambar dengan objek berlainan. Interpretasi (pemaknaan) atas
gambar serta kekayaan kosa kata sangat menentukan produksi teks puisi yang
dihasilkan. Berikut ini karya-karya puisi yang tercipta melalui latihan “Gambar
Puisi”.
Semilir
angin behembus
Sejenak
mata tak berkedip
Terpukau
keindahan karyaMu
Semburat
matahari membelah langit dikala senja.
Sepasang
merpati telah pergi meninggalkan perpaduannya
Sedangkan
hari masih cukup terang untuk bertengger dan meninggalkan kata-kata
Rupanya
ia malu pada sepasang singa yang masih setia menyaksikan senja
Senja
yang akan pergi namun tidak untuk terlelap, ia hanya berganti rembulan.
Mana
pagi mana ujung hari
Entah
hari mula entah senja
Seorang
ibu yang menggugah buah hati
Seorang
anak yang lupa orang tuanya.
Ketika
hanya ku yg tersisa di antara hamparan rumput savana
Memandang
senja di kejauhan cakrawala
Tak
kuasa menahan Fitrah alam semesta
Namun
yakin pasti kan bersua, seperti senja yg kan terbit esok lusa.
Sabda
surya telah tiba
Sambut
sinarku
Rengkuh
hangatnya jadikan debar jantungmu
Kita
mulai mengeja hari ini.
Semulia
inikah Hadirmu
Jika
merah adalah mata dan putih adalah makna
Ku
maknai tatapanmu itu
Sayang
engaku lah lukisan itu....
Menanti
mu pasti tapi aku tidak.
Membuat
harapan dengan mu tapi aku risau.
Jika
sudah ditulis pasti kita bersama.
Biar
di dini hari aku tetap menanti.
Sang
surya mulai meredup.
Membawa
aroma sendu cahaya.
Diufuk
Timur esok kan kunanti.
Datangmu
kembali membawa janji.
Rupa
rupa sinar sang surya
Menembus
awan dikala senja
Pohon
menyambut dengan suka
Memandang
jauh menembus cakrawala
Nama
nama nama nama
Ragam
rupa lintas cerita
Mana
mana mana mana
Tak ku
temu kau di sana.
Berbondong-bondong
ramai
Berjubel-jubel
penasaran
Ada
apakah disana
Mengapa
semua ingin kesana
Aku
merasakan jantungku berdetak semakin cepat
Telingaku
bedenging tidak karuan
Hidungku
tersumbat bau keringat
Bau
keringat itu adalah keringat berbagai kepentingan
Wajah
bermacam-macam
Hati
siapa tahu
Ragam
bermacam ragam
Tetap
anuti yang Satu.
Seribu
muka seribu kepala
Lirik
melirik berpasang-pasang mata
Berpacu
melintas jalan
Berbondong-bondong
entah kenapa.
Hiruk
pikuk lalu lalang melintang
Semua
berpacu menuju yang terdepan
Mari
menepi menuju seberang
Menuju
ketenangan tanpa beban.
Laku
dan kayuh mereka tak kan padam
Menggaungkan
irama kehidupan
Pijak
derap langkah tak sirna
Oleh
peluh semangat.
Tidak
ada salahnya sejenak berdiam dalam keramaian
Mencoba
tuk menemukan jalan kedamaian
Sejatinya
kita hanyalah satu dalam ragam rupa dan cerita
Maka
syukur yang selayaknya terucap, dalam fikiran hati dan lisan.
Peluhku
luruh dalam riuh gemuruh
Sesak
kudesak tapi makin melesak
Jingkit
berjinjit mencari-cari
Hilang
melayang dari panda
Eh
jaran...
Kuda
kuda kuda
Hai
puan
Temani
aku menanti senja
Kuda
rupa muda mudi
Menatap
tetap setiap sikap
Warna
cahaya aneka nama
Geliat
semangat teringat saat
Warna-warni
kehidupan ibarat kuda.
Cepat
dan laju bak kuda berlari.
Siapa
yang berkertas bisa berkuasa.
Tetapi
boleh jatuh tersadung dek kaki sendiri.
Matamu
mengurung ragaku
Sedangkan
jiwa ini bergejolak meminta kemerdekaan
Tidak
kata sang hidung
Kemerdekaan
hanya milik bambu.
Corat
coret diatas kanvas
Garis
demi garis bertabrakan
Warna
demi warna berkolaborasi
Hai
cantik.. siapakah aku?
Rona
warna kelabuhi makna hati
Jika
hati tak berwarna
Tak
kan ada buta hati
Hati
hatilah memaknai hati..
Warnamu
warnaku
Kamu
pun tau warna tubuhku
Berwarna-warni
di antara bunga
Membara
seperti anuku dan anunya.
Ragam
garis liku dan warna dalam mampu melukiskan siapa kita sebenarnya.
Terpulas
oleh keindahan dan untaian hiasan disekelinlingnya.
Namun
begitukah sejatinya dirimu?
Ataukah
itu hanya topeng palsu pemoles jiwa yang sebenarnya kelabu?
Bianglala
mewujud padamu
Tapi
tempias hujan buatmu pudar
Binar
matamu jadi kelabu
Oh,
tibakah waktunya berpisah?
Siapa
kamu?
Dari
depan monokrom dari samping colorful
Kaukah
itu calon jodohku?
Kenapa
baru sekarang kau muncul?
Segala
soal datang silih berganti
Semakin
penuh semakin jenuh
Ingin
rasanya kulepaskan
Tolong..
pergilah dari kepalaku.
Guratan
warna di mukamu
Membangkitkan
jiwa senduku
Tak
sanggup aku menahan nafsu
Ingin
ku telisik bentuk aslimu.
Wahai
insan rapuh..
Itukah
kamu
Hantarkanku..
Dalam
mimpimu.
Kau
sentiasa menjadi kesukaan lelaki.
Pasti
dan pasti lelaki mahukan kamu.
Jiwa
mu ibarat merpati.
Bergelora
senantiasa waktu.
Diri
ini hitam, diri ini kelabu, diri ini hijau pun juga diri ini kuning
Dan,
pelangi jika kau mau menyertakannya
Yang
manapun mewujud dalam anganmu, itulah kekayaanku
Pun
bila kau masih memilihku, kan kujadikan itu warna berharga hidupku.
Biru
bukan aku
Merah
pun hanya sebagian
Kadang
putih, nila atau ungu
Semua
semu lalu hilang perlahan
Buku
buku itu tersimpan rapi di lemari
Dulu
kau suka membacanya ketika mentari datang
Setelah
satu abad lemari itu telah berpindah di kepalamu
Dan
kini telah abadi bersama pikirmu
Kau
kira hati ini tinta
Yang
bisa kau hempaskan lalu jadi karya
Ini
feeling bukan painting
Pas
lagi sayang kau malah ghosting
Sret
sret sret
Ceplak
ceplak ceplak
Crot
crot crot
Akhirnya
jadi juga
Hayut..
Sirna..hilanng.
Pudar
.. Bladus.. Abu abu..
Itulah
kau..
Iya..
Kamu..
Setetes
jatuh... ttuhh!!
Dua
tetes nyembur, byurrrr!!
Tiga
tetes menyebar.. byarr!!
Nyiprat...
crot.. crot!!
Berbeza
demensi membuat menitik.
Walaupun
jelek tapi ada menariknya.
Tetap
mewarnai semua walau hitam.
Kadang-kadang
merah,biru hijau tetap ada.
Seklepret
dua klepret rahasia yg terciprat dalam benak itu.
Mewarnai
angan dan waktu dalam kalbu.
Mendekatlah
maka hanya itu yg kan terlihat.
Namun
menjauhlah, maka keindahan haqiqi pasti terungkap.
Minyak
itu kini telah luruh bersama aliran darah
Ia
tidak lagi menutup diri
Minyak
telah berani melebur bersama yang cair lainnya
Lalu
bukankan kamu harusnya begitu
Biarlah
tumpah
Lama
sudah rasa itu luber ke tepian
Senang,
sedih, lara, bahagia
Biar
menggumpal bersama
Itulah
puisi yang berhasil dirangkai oleh Dinu, Bagus, Jarwo, Andri, Diyan, Tatag,
Kris, Daniel, dan Djury. Pada objek yang jelas dan bisa dibayangkan bendanya,
kosa kata yang dipilih untuk dirangkai pun terkesan mampu memaknakannya secara
indah. Tetapi ketika objeknya abstrak, benda wujud tak bisa serta merta
tercipta dikepala sehingga permainan bunyi (interjeksi) lebih mengusai. Meski tak
semua begitu, namun demikian pulalah imajinasi yang dibangun berdasar
pengetahuan konkrit yang dipelajari, dan diketahui. Keadaan abstrak yang tak
pernah ditemui dalam kenyataan sulit juga mewujud dalam gambar di pikiran
kecuali emosi (perasaan). (**)
Manusia, menyimpan program untuk mengenali objek yang telah dialaminya, seni jadi jembatan,menarik
BalasHapusseni jadi jembatan, sunga, jalan, dan semuanya, hahahaha...
HapusWah, ternyata jd bagus klo dikumpulkan. Serasa membaca karya penulis puisi beneran..hehe
BalasHapuslha pancen ditulis beneran to...
HapusBahkah.. Terbawa emosi dan perasaan yang pernah di alami pun muncull... Selamat ulang tahun mas eko...
BalasHapusya, selamat menempuh hidup baru
HapusKeren abis... Kini aku sadar tawa dan tangis itu sama. Derita dan bahagia tidak beda... Karena semua tergantung kita...
BalasHapusJuossss !!!
HapusMenarik karena gak akan pernah ada karya yg sama meski dari stimulus yg sama... dan membaca karya yg berbeda2 dari orang lain adalah sebuah keasyikan tersendiri...
BalasHapusYa, spontanitas dalam berkarya itu akan melahirkan hal-hal tak terduga dan beraneka warna
HapusBagus dan menakjubkan hebat������
BalasHapusSip!!
Hapus