Selasa, 14 April 2020

Puisi Abjad – TbR & JGTI From Home


TbR kembali menggelar latihan dari rumah melalui WA. Kali ini latihan berjalan pararel dengan Jaringan Guru Teater Indonesia (JGTI). Setelah sebelumnya TbR berlatih materi “Cerita Terusan” dan JGTI dengan “Cerita Lanjutan Berdasar Pemaparan", malam ini nomer permainan yang akan dilatihkan adalah "Puisi Abjad". Aturannya sederhana, setiap orang membuat satu kalimat puitis dimulai dari huruf “A” dan berikutnya meneruskan kalimat tersebut namun dimulai dari huruf “B”, demikian seterusnya hingga seluruh urutan Abjad terpenuhi. Selain melatih imajinasi, "Puisi Abjad" ini melatih daya pikir, konsentrasi, dan literasi. Sebelum latihan dimulai, peserta diminta untuk presensi. Hal ini digunakan untuk membentuk semacam lingkaran imajinatif – karena latihan sesungguhnya dilakukan dengan duduk melingkar. Aturan berikutnya, kalimat puitis akan dibuat secara berurutan sehingga tidak terjadi crash dalam pengirimannya di WA grup. Berikut catatan hasil penyusunan Puisi Abjad pada latihan kali ini oleh JGTI dan TbR.

Jaringan Guru Teater Indonesia

Antara lindup cahaya temaram  di sepi malam, 
Akupun mulai merindu rasa ini

Belum maksudnya aku masih menyihir cinta tersebut,
Bangunan rapuh, langit tua, pohon suram seperti menyekapku diam tanpa kutik,
Bagai mimpi tak terarah meski ku menutup mata tak ada harap,
Bintang gemerlap tanda tak tampak, walau cahaya menyembul..

Cahaya gelap menutup diri hilang dimakan amarah,
Dalam sekali kudengar rindu ini di dada,
Engkau mengintip di sela-sela deburan pikiran yang berkecamuk,
Fantasi anganku menggerutu syahdu,

Gaduh mengetuk ruang ruang imaji,
Hilangkan sunyi bersama bisikan malam, hening... mungkinkah esok akan datang bersama indahnya cakrawala,
Intip angan dalam bayang bayang ilusi, ingin ku rengkuh sunyi ini tanpa dirimu,

Janjimu terurai di tiup angin sepoi,
Kaukah itu kekasihku....
Lama nian ku merindukan tawamu,
Meski larut malam tak bersahabat,
Namun ku sabar menanti meski  terasa pedih, nantikan bayang di ruas-ruas jiwa,

Ode melagu di bisu suara,
Pada malam syahdu rintik hujan,
Patah kalimat terbata-bata..
Qadha ini mesti diarungi,

Rasa harus selalu ada walau pahit tuk ditelan,
Sabda itu terdengar nyaring namun penuh makna,
Serasa beban kian menghimpit tuk muntahkan amarah, Allahu Akbar!

Titipan itu pasti akan diambil, tanpa sisa,
Urungkan niat hitam kawan, nanti kau akan menyesal
Volume amarah tak harus tumpah-ruah,

Waktulah yang akan berbicara,
Wahai Sang Maha Kuasa... hancurkan amarah yang membelenggu hidupku!

X adalah abjad hampir menuju akhir, bak perjalanan waktuku ke pada-Mu
Zaman dan fana.


(Sri Mulyani, Budi Suryanto, Sony Cimot, Eman Hermansyah, Ray Mengku, Marni, Nocky Kosasih, Dede Syarif, Ahmad Zilalin)
Theatre by Request

Amarah merambat pelan bersama mendung kenyataan.
Bicara hati membuat terasa bagi bersama,
Cinta tenggelam meraup mimpi,
Dendam mana yang lebih pilu dari rindu,

Embun pagi perlahan sirna oleh cahaya mentari,
Fantasi baru hadir bersama lamunanku,
Genggaman yang menerkam tikamanmu,
Hati makin tak menentu, teringat masa yang telah berlalu,

Ingin kusentuh tubuh indahmu,
Jika tak berdaya akankah semua membisu,
Kuketuk kenangan yang kau kemasi kala kemarau.
Lambat dan lirih masih terdengar mengalun dalam kalbu,

Meratap aku dalam kalut yang menggebu
Namun aku hanyalah aku dan tetap aku,

Oh angin, kemana lagi Kau akan menuntunku melangkah,
Pahit memang, tapi akan kuterima itu,
Qunut cinta buatmu yang selalu di hatiku,
Rindu tetaplah rindu, yang aku pinta hanya temu, bukan puisimu,

Seperti masa masa remaja kita dahulu,
Tak banyak babibu, berlaku, lalu kau terpesona,
Untaian-untaian hatipun meronta tak berdaya,
Visi ke depanku mulai semu, tak mampu menembus waktu,

Waktuuu..!!! dia telah membunuhku,
Xoxo… menjadi bukti cinta kita yang kau lupa,

Ya... Tuhan jika malam ini menjadi malam terakhirku, kualunkan sholawat cinta untuk-Mu,
Zakatkan kuasa-Mu padaku, selain Engkau, ada dia yang ku rindu.


(Danial, Andri, Dinu, Agung, Galang, Benny, Djury, Kelik Kenthir)

Perbedaan cara penyusunan “Puisi Abjad” di atas adalah, JGTI melakukannya dengan peserta acak sehingga sering terjadi crash dan double kalimat dengan awalan huruf yang sama serta lupa membuat kalimat dengan awalan huruf Y. Sementara TbR berusaha tetap melanjutkan kalimat sesuai urutan pada saat presensi awal melalui WA dilakukan. Meski begitu, keduanya menampilkan semangat dan spontanitas yang hebat. Sip!!, Klirr!! dan sampai bertemu dalam latihan berikutnya. (**)

10 komentar:

  1. berlatih menulis bersama n imajinasi sesaat ternyata bisa ✓

    BalasHapus
  2. Belajar menulis bersama dan imajinasi yg teehimpit waktu ternyata bisa!

    BalasHapus
  3. belajar menulis bersama dan imajinasi yg terhimpit waktu ternyata bisa !

    BalasHapus
  4. Ya, kalau kita mau pasti bisa. Apalagi dikerjakan bersama. Sip!!

    BalasHapus
  5. Konsentrasi..kerjasama..ikhlas..menghargai sesama teman.. Hal yang pokok dalam mengerjakan hal apapun...salam hangat buat guru-guru dan teman TbR ...XoXo

    BalasHapus
  6. Sungguh nenarik. Bergelut dengan abjad dan kata yang berserakan di dalam pikiran, menunggu saatnya dijalin dengan makna...

    BalasHapus
  7. Teruslah berproses, pasti ada genre baru dalam puisi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Teruslah berkartun, pasti ada jalan lain utk kritik, hahahaha. Sip!!

      Hapus