Jumat, 24 April 2020

Musik Adegan – Latihan TbR Dari Rumah

Malam pertama puasa, TbR menyelenggarakan latihan dari rumah selepas Tarawih. Masih tetap menggunakan WA Group dan seperti bisa latihan diawali dari presensi. Materi utama malam ini adalah “Musik Adegan” di mana grup membentuk kelompok kecil terdiri dari 3 orang dan masing-masing kelompok akan bekerja sama merancang sebuah adegan berdasarkan musik yang diperdengarkan. Ada 5 jenis musik dan masing-masing kelompok harus membuat 5 adegan yang saling berkesinambungan. Pola komunikasi dalam kelompok menggunakan jalur pribadi WA dan setelah disepakati, hasil rancangan adegan baru dikirim ke WA Group. Latihan ini selain dapat digunakan untuk membangun kerjasama, konsentrasi juga mengasah imajinasi berdasar dengaran. Jalannya latihan dapat dijelaskan sebagai berikut. 


 Musik diperdengarkan adegan per adegan. Artinya tidak langsung diberikan penuh ke 5 ilustrasi musik yang ada. Kemudian masing-masing kelompok menyusun adegan demi adegan tersebut secara kronologis. Jadi, satu ilustrasi musik diperdengarkan lalu kemudian adegan disusun, demikian seterusnya. Berikut hasil rancangan adegan dari masing-masing kelompok secara keseluruhan.


1. Danial Lee, Bagus, Diyan: Wanita itu memasuki ruangan perlahan, menyibak tirai tipis jendela. Dua jejaka berjalan menuju istana ketemu wanita itu. Satu lelaki Jawa, tegap, hitam manis dengan senyum yang ringkih. Satunya lelaki berambut pirang, matanya biru tetapi tidak terlalu tinggi. Wanita itu lalu duduk di sebuah kursi, menghadap penonton. Kedua lelaki itu berdiri di belakang si wanita. Diam saling berpandangan. Ketiganya berwajah masam. Kemudian dua lelaki memandang antara satu dengan yang lain. Dari dalam ruang tadi membuat hati kepanasan kerana ingin beradu. Dalam diam mereka siap beradu tenaga. Wanita itu mengeluarkan sapu tangan dari sakunya. Tanpa menoleh ke belakang, ia lempar sapu tangan putih itu setinggi-tingginya.  Kedua lelaki di belakangnya segera bereaksi. Lelaki Jawa melompat hendak menangkap sapu tangan, namun lelaki bermata biru menarik lengannya sambil berkata, "Sudahlah Bapa, ini telah berakhir." "Lepaskan aku, kau pengkhianat!" Mata lelaki Jawa itu basah dan kini di tangannya telah tergenggam erat kujang yang sejak tadi ia sembunykan di lengan bajunya. Terhunus tepat melintang di leher si wanita. "Lebih baik aku bunuh saja putriku ini dari pada melihatnya menderita," terdengar suaranya bergetar. Kujang itu sudah menggores tipis kulit si wanita. Melihat merah darah di leher putrinya, lelaki jawa itu terhenyak. Ia seketika tersadar. Matanya kemudian memandang tajam lelaki bermata biru. Amarah muncul dan menggelegak karena mengetahui bahwa orang di hadapannya itu, adalah pengawal puterinya, yang telah dibanggakannya ternyata mengkhianatinya. Kemudian kujang itu diarahkan kepada si pengawal dan mencoba menusuknya. Akhirnya pergulatan terjadi. Di saat lelaki-lelaki itu sedang bergulat, mereka tidak sadar ada asap tipis yang perlahan memenuhi ruangan. Gas yang mengandung ekstase, menyeruak ke pernapasan ketiganya. Wanita itu tiba-tiba berdiri, melihat kedua lelaki yang bergumul dan perlahan muncul perasaan iba. Kemudian mendadak tertawa nyaring. Ia menghentikan pergulatan itu. Pada keduanya, ia berkata bahwa manusia harus saling menyayangin, dan muncul cahaya putih disekitarnya. Dari balik cahaya menyilaukan itu, si wanita telah berubah menjadi dewi dan terbang meninggalkan mereka. Kedua lelaki itu hanya bisa menerawang ke langit dengan tatapan kosong. Lalu berpelukan dan tertawa bahagia.

2. Dinu, Bentar, Tatag: Tersebutlah sepasang suami istri yang baru saja melangsungkan pernikahan. Mereka lalu hidup di sebuah rumah kecil di tengah padang rumput yang hijau dengan bunga-bunga yang berwarna-warni dengan mentari yang hangat bersinar setiap hari. Mereka hidup bertani, menanam sayuran juga berternak kambing. Sayangnya kebahagiaan suami istri itu tidak berlangsung lama. Suatu malam, mereka mendengar suara dentuman riuh dari luar rumah mereka disertai hujan angin dan petir hingga pagi. Lalu keesokan harinya ketika mereka keluar, mereka mendapati hewan-hewan mati bergelimpangan dan tanaman-tanaman mereka layu menghitam. Daun daun berguguran, rumput rumput mengering. Sang istri menjerit seketika, menangis sambil menghampiri tanaman kesayanganya. Bunga bunga dan sayuran yang selama ini dirawat sepenuh hati telah mati. Pun demikian dengan suaminya yang tak sanggup berucap sambil mengumpulkan kambingnya yang sudah tak bernyawa. Mereka berdua hanya bisa menatap nanar harapan mereka yang tercabik-cabik dan terserak di halaman mereka. Sejauh mata memandang, yang ada hanyalah tepian jurang yang siap mereka terjuni. Mereka tak punya harapan lagi. Mungkin ini adalah adalah awal cobaan bagi mereka yg baru saja menjalani hidup bersama. Di tengah kacaunya perasaan mereka, tiba-tiba dari atas terdengar suara yg sangat keras. Ternyata itu adalah suara UFO yang kemudian menghampiri suami istri tersebut.  Dari dalam UFO, keluarlah pasukan alien yg sangat banyak. Suami-istri itu tersadar apa yang menyebabkan tanaman dan piaraan mereka mati. Seusai mengusap air mata mereka, dengan penuh amarah mereka berlari menuju gudang. Diambilah sebuah pusaka warisan nenek moyang berupa tongkat sakti dan sebuah payung. Masing-masing di tangan mereka lalu mereka berlari menghadapi para alien itu. Tongkat sakti mengeluarkan sinar merah menyapu seluruh alien beserta pesawatnya. Alien panik masuk pesawat berupaya menyerang balik dengan tembakan laser, namun bisa ditangkis oleh payung sakti. Akhirnya alien kalah, pesawatnya meledak berkeping keping. Rupanya kepingan pesawat ini terbuat dari emas. Suami istri itu kaget, Sang suami berfikir apakah ini suatu keajaiban bagi mereka. Di balik setiap musibah pasti ada hikmah. Di balik pesawat alien, pasti ada golden.

3. Fajar, Djury, Gea Mytha: Seorang pria, umur 25-an tahun. Dia bangun pagi, sambil menikmati suasana udara pagi dia menyeduh kopi dan menikmati rokok kreteknya. Sambil menunggu air mendidih dia menatap melalui jendela ke bagian belakang rumahnya. Dia melihat ada keributan di belakang rumahnya. Orang-orang berlarian, dia melihat wajah-wajah tetangganya dalam kepanikan. Beberapa dari tetangganya tersebut ada yang berlari sambil membawa beberapa harta benda bahkan hewan peliharaan yang bisa mereka bawa. Ada pula yang berlarian dengan seadanya, hanya berbekal pakaian yang menempel di tubuhnya. Pemuda itu bingung, apa yang harus dia lakukan, apakah akan ikut berlari dalam kepanikan atau bagaimana. Dalam kebingungannya sang pemuda mendengar suara tembakan di antara kerumunan orang-orang yang panik. Dari jendela ia melihat berondongan  tembakan itu langsung meluluh-lantakkan rombongan orang yang berlarian. Semuanya terjatuh, tidak ada yang bersisa. Dia ingin keluar, melihat apa yang terjadi, tapi dia ngeri, takut dengan suar-suara tembakan yang tak kunjung berhenti. Tiba-tiba ada yang mendobrak pintu rumahnya, sekelompok orang dengan pakaian serba hitam dan bersenjata api. Dengan cepat si pemuda lari keluar rumah. Dia berlari melewati tumpukan mayat yang bergelimpangan di belakang rumahnya. Dia terus berlari sambil berusaha menghindar dari tembakan yg mengarah kepadanya. Dia berlari menuju ke hutan yang ada di sebelah utara desanya. Si pemuda berlari ke hutan tersebut karena dia tau, di hutan tersebut dia sudah menyimpan senjata2 rahasianya yg canggih.Pemuda itu menyimpan senjata2nya disana yg dia miliki saat menjadi pasukan khusus sebelum menjadi rakyat biasa seperi sekarang.. Sesampainya disana dia langsung mengaktifkan senjata2nya tersebut dan menyerang balik ke para penembaknya tadi. Pemuda paham bahwasanya gerombolan yg menembakinya tadi sebenarnya adalah musuh lamanya. Tapi dengan senjata2 canggihnya pemuda mampu menghabisi seluruh gerombola penembak.

4. Dila, Benny, Andre: Seorang pria pergi ke sawah membawa pacul, di tengah jalan bertemu Yu Jiyem yang sumringah membawa tenggok dan ani-ani, sambil ke bingungan pria itu pergi ke sawah bersama Yu Jiyem. Sesampai di sawah aku terheran-heran semua sawahku ludes dimakan tikus yang sangat besar. Namun jiwa penyayangnya timbul, dipeluknya tikus itu, dan tikus itu diberi makan lalu dibawa pulang. sesampainya dirumah si tikus tertawa terbahak-bahak karena rencana liciknya untuk mengobrak desa bisa terlaksana. Kemudian tikus besar itu bersuwit untuk memanggil semua tikus tikus bawahnya untuk bisa membalas kematian istrinya. Malam tiba, tikus tersebut mulai menghajar seluruh isi rumah Jiyem dan tak ada satu jam tikus bersama gerombolannya bisa menghajar rumah di desanya. Pria itu panik dan mulai mengambil api untuk mengusir tikus. Lalu Yu Jiyem datang membantu. Lalu dia menari-nari di depan tikus-tikus itu. Tiba-tiba tikus-tikus menjadi senang dan mengikuti gerakan Yu Jiyem. Dan mereka menari bersama. Yu Jiyem menggiring tikus-tikus itu keluar rumah si pria itu. Dan membawanya ke tengah hutan.

5. Awis, Galang, Aji: Suatu sore, di sebuah taman dengan danau jernih di tengahnya. Seorang lelaki menanti seseorang atas janji yang telah dibuat. Lelaki itu membawa bunga, dan berharap seseorang itu suka terhadap bunga yang ia bawa. Lelaki itu menghampiri kursi dan menghidupkan rokok sembari menanti sang pujaan, tak lama datanglah seseorang yang bukan dia nanti, menghampirinya. Waktu serasa berhenti ketika melihat wanita yang mengisi ruang rindu selama ini. Kemudian wanita itu duduk di sebelahnya dan berkata "hai...!" Sesampainya dia menyapa dengan tenang perempuan itu, ya ternyata bukan perempuan yang selama ini dia nanti, ternyata saudaranya yang hanya ingin mengabarkan bahawasanya pujaan hati itu mengalami sebuah kecelakaan sesaat dia ingin menghampirinya di jalan. Serentak bunga yg ia bawa berhamburan di tanah, rokoknya jatuh. Apa yg dikabarkan membuatnya pucat. lalu ia langsung mencari pujaan hatinya ke RS, dia berlari sangat kencang, sampai lupa kalau bawa motor. Sejenak ia sadar, dan kembali menuju parkiran untuk mengambil motor yang ia bawa, sembari ia bergumam, "Juh untung wae iling, rung lunas je", kemudian menghidupkan motor dan bergegas menggeber motornya. Di jalan menuju RS, lelaki itu mengenang saat-saat bersama wanita pujaannya, senang, sedih, susah, terkenang begitu mendalam hingga dadanya sesak, lalu jatuhlah air matanya ditiup angin. Sembari terisak, ia teringat cicilan motor yang ia kendarai, dengan susah payah pula ia memenuhi cicilan motor yang ia kendarai itu. Beban pikiran yang ia rasakan sangat besar, sehingga tidak fokus pada jalan yang ia lewati. Akhirnyaa ia pun terbersit melihat spedometer dan indikator bensin, menambah suasana sedih pria itu karena bensin di motor itu berada dalam keadaan limit yang telah habis, tersendat-sendatlah laju motornya, menuntun lah ia mengarungi jalan menuju RS sambil menangis meratapi kenangan bersama perempuannya. Tiba tiba, ketika dia mendorong motornya muncul polisi garang dengan kumis tebal di depannya. Polisi itu berkata "Selamat siang, bisa lihat surat-suratnya?". Si lelaki kaget dan sedikit gusar atas keberadaan Polisi tersebut. Ia mengecek dompet, dan lega karena membawa surat kendaraan bermotor. Polisi mengecek, dan menanyakan kembali pada lelaki itu, "Kok ndak pakai helm mas?", dan lelaki itu dengan kaget memegang-megang kepalanya. Lalu ia terpancing emosi karena keadaan, keluar lah makian dari laki laki itu, "Bajingan cerewet we pak ra reti kahananku penting tenan iki suog". Polisi menyeringai juga balik memaki dan menantang balik, "Sampean ki ra tertib, wis tak tilang wae. Ora urusan karo kahananmu, nyatane koe ra tertib peraturan lalin!!!". Lalu lelaki itu hanya pasrah dia hanya berharap Tuhan melancarkan semua urusannya. Ternyata polisi itu mengenali lelaki itu dan dia adalah keluarga besarnya , lelaki menyampaikan kisahnya sebentar dan mereka berdamai, polisi itu mengantarkannya ke RS sambil membawa perasaan senang sedikit ayem tentrem. Tak lupa mampir toko buah utk menjenguk pujaan hatinya yg tadi kecelakaan, serta bunga yg smpat ia hamburkan di tanah. Ternyata Tuhan menjawab doanya dengan cepat, lelaki itu akhirnya dapat bertemu segera dengan pujaan hatinya utk melepas rindu. Dengan perasaan bersalah karena telah memarahi lelaki itu, akhirnya polisi itu meminjamkan motor dan helm polisinya kepada si lelaki itu. polisi itu berpesan, "jagalah pasanganmu seperti kau menjaga ikatan persaudaraan kita". Wajah polisi itu berseri mengatakannya. Tak lupa juga si polisi memberikan kecupan ke arah kening kepada si lelaki itu. Lelaki itu terharu, dan akhirnya berangkat menuju rumah sakit untuk bertemu pujaan hatinya.

Apa yang didengar dapat membangkitkan ingatan atau imajinasi yang kemudian diwujudkan ke dalam cerita singkat melalui sebuah adegan. Pada saat adegan baru disusun sebagai lanjutan dari adegan sebelumnya, maka ingatan dan imajinasi baru yang muncul mesti saling dikaitkan. Pada saat inlah proses asosiasi dan sintesis berjalan bersama. Asosiasi berkait dengan imajinasi yang muncul atas dengaran, dan sintesis terwujud ketika imajinasi mesti dipertemukan dengan cerita dalam adegan sebelumya. Bersambung atau tidak cerita itu kemudian sangat tergantung dari kerjasama kelompok dalam menyintesiskan imajinasi-imajinasi ke dalam rangkaian adegan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar